Aku dan Jakarta

Wah, sudah banyak wacana yang aku sebutkan ketika aku ingin sekali kembali menulis. Mungkin ini menjadi tulisan pertama di tahun ini. 

Kalau boleh jujur, aku sudah lama tidak melakukan hal-hal yang kusebut hobi. Membaca misalnya, banyak tumpukan buku baru tapi menyentuhnya saja aku enggan, menonton, apa yang kau harapkan dari seorang Tiara menonton, sudah pasti akan aku cepat-cepatkan biar filmnya cepat selesai. Maka dari itu, aku lebih senang jika menonton bersama, setidaknya aku sadar diri untuk tidak menggerakan jari-jemariku memencet tombol next 10 menit. 

Aku menginjak usia 23, untuk perempuan di desaku rata-rata umur segitu sudah menjalani peran sebagai seorang ibu dan istri. Jadi, kalau boleh jujur dan curhat tipis aku sudah jarang sekali bermain dengan teman-teman sebaya jaman ngaji dulu, karena disamping mereka sudah punya kesibukan sendiri, sudah pasti obrolan kami terbatas. Aku kadang berfikir, kalau aku masih disana, apakah aku juga sudah dipanggil "Mama" ? Hahahaha geli sekali.


***

Aku dan Jakarta.

Tahun ini aku memasuki tahun ke-5 di sini, iyaa 5 tahun telah terlalui, dari yang memakai rok jeans ala ngaji masuk kantor pertama kali, sampai sudah terbiasa kesana-kemari menggunakan heels. Semuanya berubah, bukan lebih tepatnya semuanya bertumbuh. Aku mencintai kota ini, sangat tapi tidak teramat, terlepas macetnya dan ketidakrapian kota ini (kecuali SCBD dan sekitarnya :D) banyak hal yang membuatku 'betah' disini. Salah satu yang terbesar adalah aku benar-benar menjalankan kehidupanku atas kehendakku sendiri. Dalam 24jam, aku memutuskan banyak hal, aku akan tidur jam berapa, aku akan bangun jam berapa, aku akan sarapan apa, mandi jam berapa, membersihkan kamar jam berapa dkk. Semuanya terasa mudah jika di Jakarta, gratis ongkir, pengiriman cepat, apa yang kamu butuhkan niscaya kota ini bisa menyediakan untukmu. Tapi, apa yang sering ku harapkan dari kota ini? Kehangatan.

Ya selama 5 tahun disini, aku belum menemukannya disini, berkumpul dengan teman hanya mengisi setitik saja, sisanya kalau boleh jujur lagi aku akan menyamarkannya dengan melakukan hal-hal yang ku anggap menyenangkan. Ada yang berlubang, itu pasti. Tapi, seperti kata banyak orang, kamu harus selalu memilih, dan untuk pilihan yang tidak kamu pilih, mau tidak mau harus kamu korbankan.

Wahai, menjadi dewasa memang tidak menyenangkan. Ada beberapa rasa yang nyaris tidak bisa kamu sampaikan, dalam hingar-bingarnya ibu kota sekali pun, kamu tetap bisa bersuara.

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

1 komentar