In:

Halo, Na

Siang, Na.
Maafkan aku jika kedatanganku hanya di sela-sela sesak bagian ulu.
Aku minta maaf.




Ngomong - ngomong, sudah tiga-belas bulan sepuluh hari aku hidup di ibukota, Na. 
Iya, aku sudah jarang menatap indahnya purnama di sudut ruang.
Sudah tidak lagi mengganti air bunga mawar; tidak pernah lagi membeli mawar.
Kebiasaaan- kebiasaan itu perlahan pergi.
Tapi tak pernah dilupakan.

Na, setiap detik seluruh makhluk hidup berfikir.
Bahkan saat akan mau tidur pun mereka berfikir.
Hari esok akan seperti apa, hari esok bangun jam berapa. Hari esok masa depan kita seperti apa?
Bukankah begitu Na?
Kita berfikir, meneliti lagi, lalu berharap.
Berharap besok bangun pagi, berharap jalanan tidak macet. Begitu seterusnya.

Terkadang aku lelah berharap Na.
Karena harapan yang ku buatlah yang kadang mengecewakanku.
Karena di saat aku berharap maka aku tersenyum, berharap harapanku menjadi hal nyata.
Tapi sekali lagi harapan hanya harapan Na.
Na, di penghujung tahun nanti genaplah usiaku memasuki kepala-dua.
Tanggung jawabku kian kentara, tapi uluku masih saja rapuh, masih saja roboh ketika di kecewakan harapan yang ku andai sendiri.


Na...
kamu masih ingat sosok yang pernah kuceritakan padamu dahulu?
Iya, Na.
Aku menyukainya, bahkan sampai sekarang perasaan itu tidak pernah berkurang.
Tapi aku merindukannya.
Merindukan ia yang dulu begitu mudah membuat tawa.

Aku tau, Na..
Semua orang berevolusi, entah pemikirannya, sikapnya aku tau semua orang akan berubah Na.
Tapi kenapa uluku tetap saja Na?
Melakukan pengandaian - pengandaian yang akhirnya tak bisa menjadi nyata.
Aku bodoh sekali, Na.

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

0 komentar