Memutar kembali tiap partikel yang telah terjadi,
Senyum tipis, tertawa lebar, sampai sesak mungkin memercik, sedikit.
Untuk itu terimakasih,
Telah menjadi bagian dari satu tahun belakang ini.
Na, rasa-rasanya aku sudah begitu jauh berjalan.
rasa-rasanya aku sudah berkali-kali melihat peta.
rasa-rasanya rute ini sudah benar.
tapi, persimpangan ini..
tidak ada persimpangan Na...
iya, tidak ada persimpangan dalam rute yang kulihat di peta.
aku tidak ingin hidup dalam banyak kata semoga.
karena yang kutahu, ketika semoga itu tak terjadi.
akan ada rasa kecewa menghampiriku.
yang ku terapkan pada kita adalah kejujuran.
baik-buruknya itu aku ingin keterus-terangan.
karena dari situ masing-masing dari kita mampu membuat benteng pertahanan.
jangan naif, yang kau cintai bisa jadi yang menyakitimu.
aku hanya malas memulai segalanya dari awal ?
itu tidak mudah dan aku tidak suka.
jadi jujur saja, jangan sampai aku menggunakan benteng pertahananku.
jangan.
aku bodoh jika aku menggenapkan seluruh hatiku kepadamu.
tapi aku memang bodoh,
aku telah melakukannya.
tapi apakah kamu juga melakukan yang sama kepadaku.
aku tidak tahu.
dan kadang aku tidak ingin tahu.
karena terakhir kali kulakukan hal seperti itu,
yang kudapatkan adalah uluku tiba-tiba sesak.
dan aku menangis seharian.
tidak aku tidak akan mau tahu.
tapi aku juga tidak bodoh-bodoh amat.
aku, masih menyisakan secuil, hanya secuil untuk melindungi, menjadikan tameng
apabila keputusanku di kalimat pertama adalah kesalahan.
semoga itu cukup untuk membantuku bangun.
dan semoga itu tak akan terjadi.
lihatlah, sebegini amat aku berharap padamu?
aku bodoh.
terlanjur bodoh.
aku memikirkanmu lagi.
lagi, dengan beberapa hal yang berbeda.
tapi, tetap saja.
semua ini, apakah akan ada sangsi?
jika lagi-lagi aku memikirkanmu?